Selasa, 15 Januari 2013

MENGUKUR KERAPATAN POPULASI DENGAN METODE PIT FALL TRAP (PERANGKAP JEBAK)


               MENGUKUR KERAPATAN POPULASI DENGAN METODE
PIT FALL TRAP
(PERANGKAP JEBAK)
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
 Praktikum Ekologi Hewan


penulis :

. 
                                                                                                                                 Ferry dwi restu hendra    

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SILIWANGI
TASIKMALAYA
2012



A.    Judul       

Mengukur kerapatan populasi dengan metode Pit fall trap (perangkap jebak).
B.     Tujuan    
Mengetahui kerapatan populasi dengan metode Pit fall trap (perangkap jebak).
C.    Landasan Teori
     Hewan tanah adalah hewan yang hidup di tanah, baik yang hidup di permukaan tanah maupun yang hidup di dalam tanah. Tanah itu sendiri adalah suatatu bentangan alam yang tersusun dari bahan-bahan mineral yang merupakan hasil proses pelapukan batu-batuan dan bahan organic yang terdiri dari organisme tanah dan hasil pelapukan sisa tumbuhan dan hewan lainnya. Jelaslah bahwa hewan tanah merupakan bagian dari ekosistem tanah. Dengan denikian, kehidupan hewan tanah sangat di tentukan oleh faktor fisika-kimia tanah, karena itu dalam mempelajari ekologi hewan tanah faktor fisika-kimia tanah selalu diukur.
       Pengukuran faktor fisika-kimia tanah dapat di lakukan langsung di lapangan dan ada pula yang hanya dapat diukur di laboraturium. Untuk pengukuran faktor fisika-kimia tanah di laboraturium maka di lakukan pengambilan contoh tanah dan dibawa ke laboraturium. Dilapangan hewan tanah juga dapat dikumpulkan dengan cara memasang perangkap jebak (pit fall-trap). Pengumpulan hewan permukaan tanah dengan memasang perangkap jebak juga tergolong pada pengumpulan hewan tanah secara dinamik.
       Perangkap jebak sangat sederhana, yang mana hanya berupa bejana yang ditanam di tanah. Agar air hujan tidak masuk ke dalam perangkap maka perangkap diberi atap dan agar air yang mengalir di permukaan tanah tidak masuk ke dalam perangkap maka perangkap dipasang pada tanah yang datar dan agak sedikit tinggi. Jarak antar perangkap sebaliknya minimal 5 m.  Pada perangkap tanpa umpan, hewan tanah yang berkeliaran di permukaan tanah akan jatuh terjebak, yaitu hewan tanah yang kebetulan menuju ke perangkap itu, sedangkan perangkap dengan umpan, hewan yang terperangkap adalah hewan yang tertarik oleh bau umpan yang diletakkan di dalam perangkap, hewan yang jatuh dalam perangkap akan terawat oleh formalin atau zat kimia lainnya yang diletakkan dalam perangkap tersebut. Organisme  sebagai bioindikator kualitas tanah bersifat sensitif terhadap perubahan,  mempunyai respon spesifik dan ditemukan melimpah di  dalam tanah (Primack, 1998).  Salah satu organisme tanah  adalah fauna yang termasuk dalam  kelompok makrofauna tanah (ukuran > 2 mm) terdiri dari milipida, isopoda, insekta, moluska dan cacing tanah (Wood, 1989).  Makrofauna tanah sangat besar peranannya dalam proses dekomposisi, aliran karbon, redistribusi unsur hara, siklus unsur hara, bioturbasi dan pembentukan struktur tanah (Anderson, 1994).  Biomasa cacing tanah telah diketahui merupakan bioindikator yang baik untuk mendeteksi perubahan pH, keberadaan horison organik, kelembaban tanah dan kualitas humus. Rayap berperan  dalam  pembentukan struktur tanah dan dekomposisi bahan organik  (Anderson, 1994).   Penentuan bioindikator  kualitas tanah diperlukan untuk  mengetahui perubahan dalam  sistem tanah akibat pengelolaan yang berbeda. Perbedaan penggunaan lahan akan mempengaruhi populasi  dan komposisi makrofauna tanah (Lavelle, 1994). Pengolahan tanah secara intensif, pemupukan dan  penanaman secara  monokultur pada sistem pertanian konvensional dapat menyebabkan terjadinya penurunan secara nyata biodiversitas makrofauna tanah (Crossley et al., 1992; Paoletti   et al.,  1992; Pankhurst, 1994). Mengingat  pentingnya peran fauna tanah dalam menjaga keseimbangan ekosistem tanah dan masih relatif  terbatasnya informasi mengenai keberadaan fauna tanah, perlu dieksplorasi potensi fauna tanah sebagai bioindikator kualitas tanah. Fauna tanah, termasuk di dalamnya serangga tanah, memiliki keanekaragaman yang tinggi dan masing-masing mempunyai peran dalam ekosistem.
D.    Alat dan Bahan
1.      Formalin
2.      Botol
3.      Pisau atau benda tajam lainnya
4.      Kertas mika
5.      Tusuk sate
E.     Cara kerja
1.      Mencari lokasi pengamatan yang aman dari gangguan manusia
2.      Menanam botol jam yan berisi sedikit formalin 10% (kurang lebih 5 cm dalam ketinggian botol jam) pada tanah datar dan meletakan sedikit agak tinggi, agar air hujan tidak masuk ke dalam botol jam.
3.      Mencatat kondisi lingkungan area yang diteliti
4.      Jarak antara perangkap minimal 5 m.
5.      Membiarkan botol jam selama 24 jam
6.      Mengamati, mengidentifikasi dan menghitung.
F.     Hasil Pengamatan
            Pengamatan dilakukan pada tanah sampel seluas P= 10 cm, L= 17 cm
1. Jumlah hewan tanah di dekat lab. Zoologi, dengan cara pit fall trap
Sampel kelompok
Nama Takson
Jumlah Species
1.






 



Semut hitam
1
Semut merah
1
2.



Nyamuk
2
Semut merah
1
3.
  

Semut hitam besar
1
Semut merah
2

Seranga kecil

1
4.







Semut merah



5


Undur undur tanaman


1
       Berdasarkan hasil pengamatan maka jumlah species dekat lab. Zoologi adalah sebagai berikut :         
       Botol 1 : berjumlah 2
       Botol 2 : berjumlah 3
       Botol 3 : berjumlah 4
       Botol 4 : berjumlah 6


2. Kerapatan hewan tanah di dekat lab. Zoology, dengan cara pitfall trap
I





o   Menghitung indeks dominan (C)
v  pada sampel no 1 species  semut hitam
C= ∑ (ni/N)2 = 1: 2= 0,5
v pada sampel no 2 species nyamuk
               C= ∑ (ni/N)2 = 2: 3= 0,7
v pada sampel no 3 species semut hitam besar
               C= ∑ (ni/N)2 = 1: 4= 0,25
v pada sampel no 4 species semut merah
               C= ∑ (ni/N)2 = 5: 6= 0,83


o   Menghitung indeks kesamaan (S) pada dua sampe
Sampel no 1 dan 2 yang dipilih
S = 2    C    = 2    2
       A + B       2+ 2

indeks ketidaksamaan = 1-S= 1 – 1 = 0
G.    Pembahasan
Berdasarkan hasil semua sampel yang digunakan  bahwa semuanya terdapat hewan tanah yang terjebak didalamnya. Berdarakan hasil pengamatan yang dilakukan berdasarkan data dari tabel pengamatan diatas dapat diketahui bahwa kerapatan populasi disuatu tempat dapat diukur dengan menghitung besarnya populasi persatuan ruang habitat yang didiami oleh populasi organisme tersebut. Setelah melakukan perhitungan dari keempat sampel yang di ujikan, diketahui bahwa semut merah pada sampel no 4 memiliki kerapatan yang tinggi dibandingkan dengan hewan tanah yang lainnya.
Kondisi lingkungan yang kami amati dilihat dari tekstur tanahnya tidak kering, cocok ungtuk perkembangan ekosistem yang ada disana. Selain itu tanah telihat subur berdasarkan kandungan bahan orgaiknya didata pada percobaan pengukuran kadar material organik.
Untuk membandingkan kerapatan hewan antara cara ekstraksi dan pit fall trap, kami tidak dapat membandingkannya. Karena pada percobaan cara ekstraksi kami tidak dapat menemukanadnya  hewan tanah. Namun kami dapat memperkirakan cara perhitungan kerapatan hewan tanah dengan pit fall trap lebih efektif dengan cara pit fall trap jika dibandingkan dengan cara ekstraksi, karena pada waktu percobaan ekstraksi kami tidak mendapatkan hewan tanah yang masuk kedalam alat percobaanya.
Mungkin semut adalah kelompok serangga yang kelimpahan dan rentang penyebarannya paling luas, dan dapat dijumpai di hampir semua jenis habitat, kecuali perairan. Wilson (1987) menjelaskan, bahwa semut adalah kelompok serangga yang paling mampu beradaptasi. Beberapa catatan memperlihatkan bahwa tidak kurang dari 24 genera semut yang diduga hidup pada jutaan tahun yang lalu, masih dijumpai hingga saat ini, di antaranya genus Ponera, Tetraponera, Aphaenogaster, Monomorium, Iridomyrmex, Formica, Lasius, dan Camponotus. Banyak jenis semut dapat bersifat invasif dan sekaligus merusak. Misalnya, semut Anoplolepis gracilipes tercatat sebagai salah satu spesies yang bersifat invasif dan dominan terhadap spesies organisme yang lain (Miller, 2004; Davis et al., 2008). Spesies ini menimbulkan masalah di Australia karena mampu mendominasi sebagian besar wilayah di bagian utara Australia, serta membunuh 1/3 populasi kepiting darat merah lokal, dan dikuatirkan akan mengubah ekosistem di beberapa tempat yang lain.
Namun, kajian-kajian yang lain menjelaskan peran semut yang menguntungkan bagi ekosistem, misalnya peranannya sebagai perantara proses perombakan oleh organisme yang lain. Aktivitas semut di dalam tanah (mereka bertindak sebagai pengolah tanah, misalnya pada saat pembuatan sarang) secara tidak langsung mempengaruhi tekstur tanah, yang pada gilirannya akan mempercepat proses penguraian.
Banyak ilmuan berpendapat bahwa nyamuk sangat berperan sekali dalam menjaga keseimbangan ekosistem di bumi ini, namun ada juga ilmuan yang berpendapat bahwa beberapa spesies nyamuk tidak terlalu berpengaruh pada keseimbangan ekosistem, dan menegaskan bahwa nyamuk harus dimusnahkan dari muka bumi ini.
Pada tahun 1974, ahli ekologi John Addicott dari University of Calgary mempublikasikan struktur predator dan mangsa pada tanaman pelontar Larva nyamuk merupakan anggota yang penting dari komunitas sempit di kolam super mungil bervolume 25-100 ml dari tanamanSarracenia purpurea di pantai timur Amerika utara. Hanya spesies nyamuk Wyeomyia smithi dan Metriocnemus knabi yang tinggal bersama disana bersama-sama dengan bakteri dan hewan bersel satu. Ketika serangga lainnya tenggelam, nyamuk ini akan memakan bangkainya sementara larva akan mengolah sisa bangkai tersebut menjadi nitrogen yang diperlukan tanaman. Dalam kasus ini, nyamuk mungkin akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Alasan yang kuat untuk mempertahankan nyamuk mungkin ditemukan bila mereka menyediakan pelayanan ekosistem yang berguna pada alam dan manusia.
H.    Kesimpulan
        Berdasarkan hasil penganmatan penjebakan hewan dengan cara pit fall trap terdapat beberapa hewan yang terjebak disana. Dari hasil itu kita dapat menghitung kerapatan populasi tanah tersebut. Keselrhan dari hasil pengamatan bahwa hewan tanah  yang paling banyak didapatkan adalah semut merah. Disamping itu hewan hewan tersebut banyak memiliki peranan dalam ekosistem tersebut, misalnya hewan yang kita kenal berbahaya yaitu nyamuk, dari beberapa spesiesnya dapat berperan sebagai penyedia nitrogen yang bermanfaat bagi tumbuhan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar