Rabu, 04 September 2013

MENGHITUNG KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN DENGAN METODA KUADRAT



MENGHITUNG KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN
DENGAN METODA KUADRAT

A.  Tujuan
Menentukan indeks nilai penting dan indeks keanekaragaman vegetasi (rumput).
B.  Landasan Teori
Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri dari beberapa jenis yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan dan komposisi vegetasi secara bentuk (struktur)
vegetasi dari tumbuh-tumbuhan. Unsur struktur vegetasi adalah bentuk pertumbuhan, stratifikasi dan penutupan tajuk. Untuk mempelajari komposisi vegetasi perlu dilakukan pembuatan petak-petak pengamatan yang sifatnya permanen atau sementara. Menurut Soerianegara (1974) petak-petak tersebut dapat berupa petak tunggal, petak ganda ataupun berbentuk jalur atau dengan metode tanpa petak.
Metode kuadran umunya dilakukan bila vegetasi tingkat pohon saja yagng jadi bahan penelitiaan. Metode ini mudah dan lebih cepat digunan untuk mengetahui komposisi, dominasi pohon dan menksir volumenya.
Dalam mekanisme kehidupan bersama tersebut terdapat interaksi yang erat baik diantara sesama individu penyusun vegetasi itu sendiri maupun dengan organisme lainnya sehingga merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh serta dinamis.
Analisa vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komponen jenis) dan bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Hutan merupakan komponen habitat terpenting bagi kehidupan oleh karenanya kondisi masyarakat tumbuhan di dalam hutan baik komposisi jenis tumbuhan, dominansi spesies, kerapatan nmaupun keadaan penutupan tajuknya perlu diukur. Selain itu dalam suatu ekologi hutan satuan yang akan diselidiki adalah suatu tegakan, yang merupakan asosiasi konkrit.
Ada berbagai metode yang dapat di gunakan untuk menganalisa vegetasi ini. Diantaranya dengan menggunakan metode kuadran atau sering disebut dengan kuarter.  Metode ini sering sekali disebut juga dengan plot less method karena tidak membutrhkan plot dengan ukuran tertentu, area cuplikan hanya berupa titik. Metode ini cocok digunakan pada individu yang hidup tersebar sehingga untuk melakukan analisa denga melakukan perhitungan satu persatu akan membutuhkanwaktu yang sangat lama, biasanya metode ini digunakan untuk vegetasi berbentuk hutan atau vegetasi kompleks lainnya.
C.  Alat Bahan
1.    Petak kuadrat
2.    Alat tulis
3.    Catatan
4.    Kamera
D.  Prosedur Percobaan
1.      Menentukkan daerah yang akan diuji keanekaragaman vegetasinya.
2.      Meletakan petak kuadrat dengan cara dilempar secara sembarang.
3.      Mencatat dan mengidentifikasi jenis tumbuhan tiap kotak pada peta kuadart.
4.      Mengulangi kegiatan 2 dan 3 sampai tiga kali.
5.      Menghitung indeks nilai penting, indeks keanekaragaman.
E.  Hasil Pengamatan

1.      Gambar pengamatan


Species
Gambar
species
gambar
A

 




F

B

 


G
C





I

D

H




E


Kotak Kuadrat
Kotak 1
Kotak 2
Kotak 3
Kotak 4
Kotak 5
Kotak 6
Kotak 7
Kotak 8
Kotak 9
Kotak 10
Kotak 11
Kotak 12
Kotak 13
Kotak 14
Kotak 15
Kotak 16
Kotak 17
Kotak 18
Kotak 19
Kotak 20
Kotak 21
Kotak 22
Kotak 23
Kotak 24
Kotak 25


2.      Tabel rekapitulasi hasil pengamatan dari 3 Plot

No
Species
Plot 1
Plot 2
Plot 3
Rata-rata
1
A
168
20
102
96.67
2
B
29
31
19
26.33
3
C
21
42
49
37.33
4
D
7
20
8
11.67
5
E
6
3
6
5
6
F
12
9
6
9
7
G
23
3
5
10.33
8
H
2
5
9
5.33
9
I
22
2
1
8.33
Jumlah
209.99


















Menghitung parameter vegetasi
1.                  Kerapatan Species (D)

No
Jml individu/plot
hasil
Species a
99.67/1 m2
99.67/ m2
Species b
26.33/1 m2
26.33/ m2
Species c
37.33/ 1 m2
37.33/  m2
Species d
11.67/1 m2
11.67/ m2
Species e
5/1 m2
5/ m2
Species f
9/1 m2
9/ m2
Species g
10.33/1 m2
10.33/ m2
Species h
5.33/1 m2
5.33/ m2
Species i
8.33/1 m2
8.33/m2



2.      Kerapatan Relatif (DR)
Spesies A : 96.67/209.99   = 0.46 m2
Species B : 26.33/209.99   = 0.13 m2
Species C : 37.33/ 209.99  = 0.18 m2
Species D : 11.67/209.99   = 0.06 m2
Species E : 5/209.99          = 0,024 m2
Species F : 9/209.99          = 0,043 m2
Speseis G : 10.33/209.99  = 0,049 m2
Species H : 5.33/209.99    = 0,025 m2
Species I  : 8.33/209.99    = 0,039m2
3.        Frekuensi Species (F)
Species A        : 68/75 = 0,91
Species B         : 28/75 = 0,37
Species C         : 34/75 = 0,45
Species D       : 18/75 = 0,24
Species E         : 5/75 = 0,07
Species F         : 10/75 = 0,13
Species G       : 17/75 = 0,23
Species H        : 10/75 = 0,13
Species I          : 7/75 = 0,09
4.         Frekuensi Relatif (FR)
Species A        : 0,91/2,62  = 0,35
Species B         : 0,37/2,62  = 0,14
Species C         : 0,45/2,62  = 0,17
Species D        : 0,24/2,62  = 0,09
Species E         : 0,07/2,62  = 0,03
Species F         : 0,13/2,62  = 0,05
Species G        : 0,23/2,62  = 0,09
Species H        : 0,13/2,62  = 0,05
Species I          : 0,09/2,62  = 0,03

Indeks Shanon-Weaver

HS = - ∑= Pi ln Pi

HS = -  {(0,46 In 0,46) + (0,13 In 0,13) + (0,18 In 0,18) + (0,06 In 0,06) + (0,024 In 0,024) + (0,043 In 0,043) + (0,049 In 0,049) + (0,025 In 0,025) + (0,039 In 0,039)}
= - {(-0,357) + (-0,265) + (- 0,309) + (- 0,169) + (-0.089) +  (- 0.135) +
 (-0,148) + (-0,092) + (-0,127)}
= - (- 1,691)
= 1,691





F.     Pembahasan
Beberapa metodologi yang umum dan sangat efektif serta efisien jika digunakan untuk penelitian, yaitu metode kuadrat, metode garis, metode tanpa plot dan metode kwarter.
Metode kuadrat, bentuk percontoh atau sampel dapat berupa segi empat atau lingkaran yang menggambarkan luas area tertentu. Luasnya bisa bervariasi sesuai dengan bentuk vegetasi atau ditentukan dahulu luas minimumnya. Untuk analisis yang menggunakan metode ini dilakukan perhitungan terhadap variabel-variabel kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi.
Kelimpahan setiap spesies individu atau jenis struktur biasanya dinyatakan sebagai suatu persen jumlah total spesises yang ada dalam komunitas dengan demikian merupakan pengukuran yang relatife. Secara bersama-sama, kelimpahan dan frekuensi adalah sangat penting dalam menentukan struktur komunitas.
Keragaman spesies dapat diambil untuk menanadai jumlah spesies dalam suatu daerah tertentu atau sebagai jumlah spesies diantara jumlah total individu dari seluruh spesies yang ada. Hubungan ini dapat dinyatakan secara numeric sebagai indeks keragaman atau indeks nilai penting. Jumlah spesies dalam suatu komunitas adalah penting dari segi ekologi karena keragaman spesies tampaknya bertambah bila komunitas menjadi makin stabil.
Kerapatan, ditentukan berdasarkan jumlah individu suatu populasi jenis tumbuhan di dalam area tersebut. Kerimbunan ditentukan berdasarkan penutupan daerah cuplikan oleh populasi jenis tumbuhan. Untuk variabel kerapatan dan kerimbunan, cara perhitungan yang dipakai dalam metode kuadrat adalah berdasarkan kelas kerapatan dan kelas kerimbunan. Sedangkan frekuensi ditentukan berdasarkan kekerapan dari jenis tumbuhan dijumpai dalam sejumlah area sampel (n) dibandingkan dengan seluruh total area sampel yang dibuat (N), biasanya dalam persen (%).
Beberapa sifat yang terdapat pada individu tumbuhan dalam membentuk populasinya, dimana sifat – sifatnya bila di analisa akan menolong dalam menentukan struktur komunitas. Sifat – sifat individu ini dapat dibagi atas dua kelompok besar, dimana dalam analisanya akan memberikan data yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Analisa kuantitatif meliputi : distribusi tumbuhan (frekuensi), kerapatan (density), atau banyaknya (abudance). Dalam pengambilan contoh kuadrat, terdapat empat sifat yang harus dipertimbangkan dan diperhatikan, karena hal ini akan mempengaruhi data yang diperoleh dari sample. Keempat sifat itu adalah :
1. Ukuran petak.
2. Bentuk petak.
3. Jumlah petak.
4. Cara meletakkan petak di lapangan.
Metode kuadrat menurut Weaver dan Clements (1938) kuadrat adalah daerah persegi dengan berbagai ukuran. Ukuran tersebut bervariasi dari 1 dm2 sampai 100 m2. Bentuk petak sampel dapat persegi, persegi panjang atau lingkaran.
Ada dua macam metode yang umum digunakan :
1.      Point-quarter
Yaitu metode yang penentuan titik-titik terlebih dahulu ditentukan disepanjanggaris transek. Jarak satu titik dengan lainnya dapat ditentukan secara acak atau sistematis. Masing-masing titik dianggap sebagai pusat dari arah kompas, sehingga setiap titik didapat empat buah kuadran. Pada masing-masing kuadran inilah dilakukan pendaftaran dan pengukuran luas penutupan satu pohon yang terdekat dengan pusat titik kuadran. Selain itu diukur pula jarak antara pohon terdekat dengan titik pusat kuadran.
2.      Wandering-quarter
Yaitu suatu metode dengan cara membuat suatu garis transek dan menetapkan titik sebagai titik awal pengukuran. Dengan menggunakan kompas ditentukan satu kuadran (sudut 90°) yang berpusat pada titik awal tersebut dan membelah garis transek dengan dua sudut sama besar. Kemudian dilakukan pendaftaran dan pengukuran luas penutupan danjarak satu pohon terdekat dengan titik pusat kuadran (Soegianto, 1994). Penarikan contoh sampling dengan metode-metode diatas umumnya digunakan pada penelitian-penelitian yang bersifat kuantitatif.
Analisis vegetasi hutan Lindung Aek nauli dalam kegiatan P3H dilakukan dengan metoda kombinasi antara metoda jalur dan metoda garis berpetak dengan panjang jalur minimum adalah 12.500 m yang bisa terdiri dari beberapa jalur, tergantung kondisi di lapangan. Di dalam metoda ini risalah pohon dilakukan dengan metoda jalur dan permudaan dengan metoda garis berpetak (Onrizal & Kusmana, 2005).
Selanjutnya ukuran sub-petak untuk setiap tingkat permudaan adalah sebagai berikut:
(a) Semai dan tumbuhan bawah : 2 x 2 m.
(b) Pancang : 5 x 5 m.
(c) Pohon : 10 x 10 m.

Menurut Weaver dan Clements (1938) kuadrat adalah daerah persegi dengan berbagai ukuran. Ukuran tersebut bervariasi dari 1 dm2 sampai 100 m2. Bentuk petak sampel dapat persegi, persegi panjang atau lingkaran.
Metode kuadrat juga ada beberapa jenis:
1.      Liat quadrat
Spesies di luar petak sampel dicatat.
2.      Count/list count quadrat
Metode ini dikerjakan dengan menghitung jumlah spesies yang ada beberapa batang dari masing-masing spesies di dalam petak. Jadi merupakan suatu daftar spesies yang ada di daerah yang diselidiki.
3.      Cover quadrat (basal area kuadrat)
Penutupan relatif dicatat, jadi persentase tanah yag tertutup vegetasi. Metode ini digunakan untuk memperkirakan berapa area (penutupan relatif) yang diperlukan tiap-tiap spesies dan berapa total basal dari vegetasi di suatu daerah. Total basal dari vegetasi merupakan penjumlahan basal area dari beberapa jenis tanaman. Cara umum untuk mengetahui basal area pohon dapat dengan mengukur diameter pohon pada tinggi 1,375 meter (setinggi dada).
4.      Chart quadrat
Penggambaran letak/bentuk tumbuhan disebut Pantograf. Metode ini ter-utama berguna dalam mereproduksi secara tepat tepi-tepi vegetasi dan menentukan letak tiap- tiap spesies yang vegetasinya tidak begitu rapat. Alat yang digunakan pantograf dan planimeter. Pantograf diperlengkapi dengan lengan pantograf. Planimeter merupakan alat yang dipakai dalam pantograf yaitu alat otomatis mencatat ukuran suatu luas bila batas-batasnya diikuti dengan jarumnya (Wahyu,2009).
Keanekaragaman tumbuhan  adalah keanekaragaman makhluk hidup yang menunjukkan keseluruhan variasi gen, spesies dan ekosistem di suatu daerah. Ada dua faktor penyebab keanekaragaman hayati, yaitu faktor genetik dan faktor luar. Faktor genetik bersifat relatif konstan atau stabil pengaruhnya terhadap morfologi organisme. Sebaliknya, faktor luar relatif stabil pengaruhnya terhadap morfologi organisme. “ Tidak ada dua individu yang sama persis”. Hal ini disebabkan oleh adanya variasi organism dari spesies yang sama atau keanekaragaman spesies. Lingkungan atau faktor eksterna; seperti makanan, suhu, cahaya matahari, kelembaban, curah hujan dan faktor lainnya bersama-sama faktor menurun yang diwariskan dari kedua induknya sangat berpengaruh terhadap fenotip suatu individu. Dengan demikian fenotip suatu individu merupakan hasil interaksi antara genotip dengan lingkungannya. Baik hewan maupun tumbuhan juga mempunyai variasi yang tampak antara lain dalam bentuk, ukuran tubuh, warna dan ciri khan lainnya.
Keanekaragaman tumbuhan yang berada di dekat fakultas Pertanian dominasi tumbuhan rerumputan. Pada plot 1 ditemukan species A berjumlah 168, species B berjumlah 29, species C 21, species D 7, species E 6, species F 12,  species G 23, spesies H 2, spesies I 22. Pada plot 2 ditemukan species A 200, species B 31, species C 42, species D 20, species E 3, species F 9, species G 3, species H 5, species I 2. Sedangkan pada plot 3 ditemukan species A 102, species B 14, species C 4, species D 8, species E 6, species F 6 ,species G 5, spesies H 9, spesies I 1.
Maka dapat dirata-ratakan dengan jumlah hasil dari penjumlahan plot1, plot 2, dan plot 3 berjumlah 244.
Berdasarkan data yang di peroleh dari ketiga plot tersebut vegetasi rumput pada spesies A terdapat paling banyak di antara vegetasi yang lainnya, sedangkan vegetasi spesies I menunjukan data yang paling sedikit. Ini menujukan data yang plin banyak pada luas habitat sebenarnya terdapat sangat banyak di habitat aslinya.

G.  Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang kami lakukan di dekat fakultas pertanin terdapat beberapa jenis spesises rerumputan. Keanekaragaman tumbuhan yang ada disana cukup baik sehingga dikatakan stabil karena HS = 1,691 menunjukan lebih besar dari 1 dan kurang dari 3,322. Hali ini telah di hitung berdasarkan data yang didapat dengan mengunakan rumus indeks shanon-weaver dengan nilai 1,691 yang menunjukan bahwa keanekaragaman tumbuhannya sedang atau cukup baik.













DAPTAR PUSTAKA

Ali Iqbal. 2008. “Anveg Metoda Kuadrat”. [Online]. Tersedia http://iqbalali.com/2008/02/27/anveg-metode-kuadrat/. [25 Mei 2013]
Maulana Farhan Hardi. 2011. “Analisis Vegetasi Metode Kuadrat”. [Online]. Tersedia : http://farhan-knowledge619.blogspot.com/2012/04/analisis-vegetasi-metode-kuadrat.html. [25 Mei 2013].

1 komentar:

  1. Bagaimana cara pengukuran keanekaragaman hayati yang mudah dan gampang dikerjakan

    BalasHapus